Kamis, 24 Januari 2013

BNN Waspadai Penyebaran Krokodil 'Narkoba Zombie' di Indonesia



Keberadaan Krokodil yang bisa menyebabkan pecandunya seperti zombie alias mayat hidup sudah didengar Badan Narkotika Nasional (BNN). Penyebaran obat mematikan itu di Indonesia pun diwaspadai. Jika ada masyarakat yang menemukannya, segeralah melapor ke pihak berwajib.


"Kita mewaspadai Krokodil ini masuk ke sini. Karena bukan tidak mungkin pecandu atau pengedarnya berupaya untuk memasukannya ke sini (Indonesia)," ujar Kabag Humas BNN, Sumirat Dwiyanto, dalam perbincangan dengan detikHealth, Selasa (30/10/2012).

Dia menjelaskan hingga saat ini keberadaan Krokodil yang telah menewaskan sejumlah orang di Rusia belum ditemukan di Indonesia. Sebab saat ini penggunaan narkoba di Indonesia yang paling banyak masih ganja, sabu-sabu dan ekstasi.

"Kami sudah membaca tentang itu (Krokodil) yang berkembang di Rusia dan itu merupakan Desomorphine yang dicampur. Sebenarnya sama dengan morphin tapi gugusnya diubah dan dicampur bahan iritatif sehingga mudah membuat penggunanya iritasi. Artinya saat disuntik membuat kulit mengalami iritasi seperti mengelupas dan luka seperti gigitan buaya," terang Sumirat.

Menurut dia, Krokodil kemungkinan dibuat untuk mendapat sensasi yang lain, selain karena digunakan oleh kalangan dengan uang sangat pas-pasan. Sebab Krokodil jauh lebih murah ketimbang morphin.

"Untuk Indonesia, penggunaan heroin mengalami penurunan. Sebagai gantinya sabu dan ekstasi meningkat. Heroin kan asalnya dari morphin atau tanaman opium yang butuh ditanam dalam jangka waktu lama sehingga kemungkinan kesulitan mendapatkannya," papar Sumirat.

Dikutip dari Daily Mail, Krokodil dijuluki sebagai 'obat yang memakan pecandu'. Sebab pecandu Krokodil akan mengalami pembusukan dari dalam, sehingga menyebabkan kerusakan parah pada jaringan. Pecandu akan mengalami luka terbuka sampai ke tulang
dan mengalami gangren alias kematian jaringan di bagian tubuh atau kematian sel dalam jumlah besar.

Narkoba ini populer di kalangan pecandu kelas bawah Rusia. Sebab harganya yang murah, tidak sampai Rp 100 ribu sekali pakai. Berbeda dengan heroin yang mana pemakainya harus merogoh kocek jutaan rupiah untuk mendapatkan kualitas baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar jangan yang aneh2..ntar di gigit zombie.!!!